jam

Senin, 19 Oktober 2009

Sejarah Emansipasi Wanita


Emansipasi wanita adalah perjuangan wanita menuntut hak-nya agar bisa sederajat dengan laki-laki seperti hak untuk bekerja seperti laki-laki, hak berpendapat seperti laki-laki, hak menjabat posisi seperti laki-laki bahkan sampai dengan posisi presiden.


Buat ngingetin aja, tokoh emansipasi wanita yang terkenal di Indonesia adalah R.A Kartini. Beliau lahir tanggal 21 April di Jepara. Dalam bukunya  Habis Gelap Terbitlah Terang, diterjemahan Armijn Pane (Balai Pustaka, 1982). Terdapat sebuah surat Kartini tertuju kepada Nn Zeehandelaar (6 November 1899): “Engkau bertanya, apakah asal mulanya aku terkurung dalam empat tembok tebal. Sangkamu tentu aku tinggal di dalam terungku atau serupa itu. Bukan. Stella, penjaraku rumah besar, berhalaman luas sekelilingnya, tetapi sekitar halaman itu ada tembok tinggi. Tembok inilah menjadi penjara kami. Bagaimana luasnya rumah dan pekarangan kami itu, bila senantiasa harus tinggal di sana sesak juga rasanya.”

Dalam surat diatas, Kartini menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa, dunianya hanya sebatas tembok rumah. Sebagai misal, Kartini saja hanya sampai usia 12 tahun diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School)—harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. (parah yah jaman dulu)



Dengan adanya gerakan emansipasi wanita dari R.A. Kartini, tentu menjadi menjadi tolak ukur untuk mengubah gaya hidup yang sepertinya mengkungkung wanita. Perubahan zaman dan tuntutan hidup seolah-olah menjadi factor pendukung lain yang mengubah itu semua. Kini dapat kita lihat banyak wanita yang bekerja di kanoran, bahkan ada yang sudah menjadi presiden pertama wanita di Indonesia yang sudah pasti dan tidak lain adalah Ibu Megawati Soekarno Putri. Dahulu, yang namanya wanita katanya hanya untuk urusan di dapur saja. Parah ya.


Tapi ternyata ga Cuma dulu aja, belakangan ini gw juga pernah nemuin kasus yang menurut gw “God kenapa tante berpikir kaya gitu” (sorry yah tante). Jadi saat gw di SD ade gw, gw ketemu mamanya sebut saja AB. And then gw tanya, “AB kuliah atau kerja tante”. Tantenya menjawab “AB mah kerja aj, ngapain kuliah tinggi. Ujung-ujungnya juga nanti di dapur kan.” What ????????????


Girl’s walaupun kita ujung-ujungnya di dapur, ngurusin suami dan anak, kita juga harus mendapat pendidikan. Ga mau kan udahnya kita dibodoh-bodohin.

0 Comments:

Post a Comment